MASA SEJARAH KUNO
Sejarah Indonesia kuno berlangsung selama 12 abad, dimulai dari abad IV
Kerajaan Kutai Kaltim hingga abad XVI runtuhnya kerajaan Majapahit
Jatim. Dari beberapa artefak, benda-benda peninggalan sejarah yang
ditemukan dan dari cerita-cerita rakyat serta digabungkan dengan
nama-nama beberapa daerah seperti Mlawatan, Badander dan Matahun bisa
disimpulkan bahwa sejarah Bojonegoro Kuno bercorak Hindu di bawah
kekuasaan Majapahit.
Setelah Majapahit runtuh, kehidupan politik sosial ekonomi budaya dan
agama lambat laun menyesuaikan dengan penguasa yang datang setelah itu
yakni kerajaan Demak yang bercirikan Islam.
ZAMAN MADYA
Setelah kerajaan super power Majapahit runtuh dan banyak daerah-daerah
yang memerdekaan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil -salah
satunya-kerajaan Islam Demak dengan penguasa pertamanya Raden Patah
Senapati Jimbun Adipati Bintoro. Tibalah masa Bojonegoro masuk wilayah
kerajaan Islam Demak, Raden Patah mengangkat puteranya, Pangeran Sekar
Kusuma yang dikenal dengan Pangeran Seda Lepen menjadi Adipati di
Jipang. Pusat kadipaten Jipang adalah Blora Selatan antara Cepu dan kota
Blora sekarang. Pangeran Sekar Kusuma yang sangat dihormati rakyat
Jipang terbunuh oleh Surayata utusan Sunan Prawata sewaktu pulang dari
salat Jumat, di pinggir sungai Bengawan Solo maka dijuluki SEDA (mati)
LEPEN (sungai).
Setelah sultan Demak I, Raden Patah digantikan putera tertuanya, Adipati
Unus atau terkenal dengan sebutan Pangeran Sabrang Lor. Pangeran ini
mati muda saat melawan Portugis 1521 dan belum mempunyai anak.
Yang seharusnya menggantikannya adalah Pangeran Seda Lepen, putra Raden
Patah berikutnya, namun ini tidak terjadi, yang memegang pimpinan Demak
adiknya, Raden Tranggono hingga terbunuh di benteng Panarukan 1546.
Setelah itu ia digantikan oleh puteranya, Pangeran Prawata. Tentang
suksesi itu, tidak hanya Pangeran Seda Lepen yang sakit hati tetapi juga
puteranya, Pangeran Aria Penangsang, hak mereka berdua dilalui.
Untuk mengisi kekosongon pemerintahan Adipati Pajang Jaka Tingkir juga
menantu Raden Tranggono didorong oleh saudara-saudara iparnya untuk
menduduki jabatan Sultan Demak 1549 namun baru dinobatkan pada 1558.
Masa kejayaan Demak mulai pudar dengan dipindahnya ibukota kerajaan
beserta benda-benda pusaka kerajaan Demak ke daerah Pajang oleh Jaka
Tingkir yang setelah menjadi raja berjuluk Sultan Adiwijaya/Sultan
Pajang, maka berdirilah kerajaan Pajang.
Raden Aria Penangsang menggantikan Pangeran Sekar Kusuma menjadi Adipati
Jipang, lalu berusaha membalas kematian ayahnya. Aria Penangsang tidak
tunduk ke Pajang karena tidak mengakui keabsahan Adipati Pajang menjadi
Sultan, memuncaklah pertikaian Jipang-Pajang yang juga melibatkan dua
orang wali, Sunan Kudus dan Sunan Kalijaga dalam ranah politik praktis,
yang disinyalir sejak lama mereka sering bersaing dalam memengaruhi
kebijakan politik kekuasaan.
Pertikaian Jipang – Pajang akhirnya dimenangkan oleh Pajang dengan
bantuan dari Ki Gede Pemanahan, Ki Juru Martani dan Ki Panjawi. Jipang
jatuh dalam kekuasaan Pajang pada tahun 1558. Aria Mataram, saudara Aria
Penangsang dari lain ibu, diangkat menjadi Adipati Jipang oleh Sultan
Pajang tindakan politis ini untuk meminimalisir dendam Jipang terhadap
Pajang.
Aria Mataram sebagai Adipati Jipang segera bekerja dan meneruskan segala
yang telah diperbuat oleh ayahnya, Pangeran Sekar Kusuma untuk
kemakmuran rakyat Jipang yang sempat mundur karena peperangan. Aria
Mataram menugaskan seorang muballigh yang terkenal dengan sebutan Kiai
Menak Anggrung, makamnya di Kuncen-Padangan untuk mengajarkan agama
Islam ke wilayah Jipang sebelah Timur dan Selatan Bengawan Solo.
BOJONEGORO DI MASA KERAJAAN MATARAM.
Pangeran Benawa putra Sultan Pajang tidak mampu melawan Senapati
Sutawijaya yang telah merebut kekuasaan Pajang 1587. Senopati memboyong
semua benda pusaka kraton Pajang ke Mataram. Senapati secara biologis
anak Ki Gede Pemanahan tetapi diambil anak angkat sejak kecil oleh
Sultan Adiwijaya, jadi dia adalah saudara angkat Pangeran Benawa. Semasa
kecil Sutawijaya bernama Raden Mas Ngabehi Loring Pasar.
Jipang di bawah Adipati Pangeran Benawa I, tidak banyak kemajuan mungkin
hanya memindah pusat kadipaten ke lebih selatan dan tetap di utara
Bengawan Solo, lalu diteruskan oleh anaknya, yang juga bernama Pangeran
Benawa II.
Kemudian diganti oleh Raden Jambu Adipati VI sebelum Raja II Mataram,
Panembahan Krapyak mangkat 1613 menggantikan Sutawijaya pada 1601. Jadi
Raden Jambu memerintah Jipang 1598-1612. Diteruskan oleh putranya,
Adipati Sukawati. Karena jasanya kepada Mataram menaklukkan Tuban 1619
hingga penguasa Tuban, Pangeran Dalem melarikan diri ke Bawean, kembali
ke desa Rajekwesi. Lima tahun kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di
Kadipaten 1624, makamnya disebut Buyut Dalem.
Keturunan Sukawati memerintah Jipang sampai saat berdirinya Kabupaten Jipang pada tahun 1677.
TAHUN BERDIRINYA BOJONEGORO.
Kabupaten terbentuk sebagai akibat kekalahan politik Susuhunan terhadap
Kompeni yang melahirkan dua Keraton; Surakarta dan Ngayogyakarta. Maka
tanggal lahir Kabupaten Bojonegoro menurut data Serat Prajangjiyan Dalem
Parara Ingkang Jumeneng Nata tanggal 20 Oktober 1677 dan Mas Tumapel
sebagai Bupati I. Pada masa ini pusat pemerintahan bergeser ke seberang
Bengawan Solo (Padangan, sekarang) dari arah pendudukan Kumpeni di
pantai. Mas Tumapel merangkap menjadi Wedana Bupati Mancanegara Timur.
Pada tahun 1725 Susuhunan Paku Buwana II naik tahta, tahun itu juga
memerintahkan Raden Tumenggung Haria Matahun I memindahkan pusat
pemerintahan Jipang dari Padangan ke desa Rajekwesi. Mulai saat itu nama
Kabupaten Jipang berubah menjadi Rajekwesi, letaknya 10 km arah selatan
kota Bojonegoro.
Politik divide et impera Belanda berhasil memecah belah Mataram menjadi
dua, Surakarta Hadiningrat dan Jogyakarta Hadiningrat melalui
Perjajanjian Gianti 1755. Akibat perjanjian tersebut Jipang Bojonegoro
ditetapkan menjadi wilayah Kerajaan Jogyakarta.
Pada 20 Juni 1812, Inggris melalui Thomas Stamford Rafles memperkecil
Kerajaan Jogyakarta, bahwa Kabupaten Jipang diserahkan kepada Inggris.
Jipang menjadi daerah jajahan, bupati berubah menjadi ‘pegawai’
gupernemen di bawah Residen Rembang, Jawa Tengah. Rakyat Jipang bersama
RT. Sosrodilogo melakukan pemberontakan-pemberontakan, tetapi pada
tanggal 2 Januari 1828 Kolonel Van Griesheim berhasil merebut kota
Rajekwesi, kota rusak berantakan sementara Sosrodilogo melanjutkan
gerilya di pedalaman.
Tanggal 25 September 1828 nama Rajekwesi berubah menjadi Bojonegoro,
kota baru ini dibangun 10 km utara kota lama Rajekwesi, di tepi Bengawan
Solo, dilalui jalan pos Rajekwesi-Babad-Lamongan-Surabaya. (Kenapa
tidak menetapkan tanggal 25/9/1828 sebagai hari jadi Bojonegoro karena
lebih spesifik menyebut kata Bojonegoro).
Demikian ikhtisar yang singkat sejarah masa-masa awal berdirinya
Kabupaten Bojonegoro. Sengaja tidak kami paparkan sejarah Bojonegoro
pada zaman Penjajahan hingga hari ini, karena kami yakin referensi untuk
hal itu lebih banyak dan mudah di dapat. Semoga bisa diambil hikmahnya
dan bermanfaat bagi kita generasi selanjutnya.
Susunan Bupati Bojonegoro mulai pertama sampai tahun 2018
Jipang (Padangan)
1677–1705 : Pangeran Mas Tumapel
1705–1718 : Ki Wirosentiko (RT.Surowidjoyo)
1718–1741 : Ki Songko (RT.Hario Matahun I)
Rajekwesi (Padangan)
1741-1743 : RT. Hario Matahun II (Putra PB I)
1743-1755 : RT. Hario Matahun III
1755-1756 : R. Ronggo Prawirodirdjo I
1756-1760 : R. purwowidjojo
1760-1800 : RM. Guntur Wirotedjo
1800-1811 : R. Ronggo Djenggot
1811-1816 : R. Prawirosentiko
1816-1821 : RT. Sumonegoro
1821-1823 : RT. Sosrodiningrat
1823-1825 : RT. Purwonegoro
1825-1827 : R.Adipati Djojonegoro
1827-1828 : RT. Aria Sosrodilogo (Tandingan)
BOJONEGORO
1828-1844 : R. Adipati Djojonegoro
1844-1878 : R. Adipati Tirtonoto I
1878-1888 : RMT. Tirtonoto II
1888-1890 : RM. Sosrokusumo
1890-1916 : R. Adipati Aryo Reksokusumo
1916-1936 : R.Aryo Kusumadinegoro
1936-1937 : Raden Drajad
1937-1943 : RT. Achmad Surjodiningrat
1943-1945 : RT. Oetomo
1945-1947 : RT. Sudirman Hadiatmodjo
1947-1949 : Mas Surowijono
1949-1950 : RT. Sukardi
1950-1951 : Raden Sundaru
1951-1955 : Mas Kusno Suroarmojo
1955-1959 : R. Baruno Djojoadikusumo
1959-1960 : Raden Soejitno
1960-1968 : R.Haji Tamsi Tedjosasmito
1968-1973 : Letkol. Inv. Sandang
1973-1978 : Kolonel Inv. Alim Sudarsono
1978-1983 : Drs. Soeyono
1983-1988 : Drs. Soedjito
1988-1993 : Drs. H. Imam Soepardi
1993-1998 : Drs. H. Imam Soepardi
1998-2003 : Drs. H. Atlan
2003-2008 : Kolonel (pur) H M.
Santoso
2008-2013 : Drs. H. Suyoto,M.Si.
2013-2018 : Drs. H. Suyoto,M.Si.
0 komentar:
Posting Komentar